BABII PEMBAHASAN A. Keaneka Ragaman Mata Pencaharian Masyarakat Melayu Riau Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja
Ladang padi. Berladang merupakan salah satu mata pencaharian utama dalam sistem ekomomi tapak lapan foto Tapak lapan adalah konsep ekonomi tradisional untuk menyebutkan beberapa jenis pekerjaan masyarakat Melayu. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan orang Melayu yang tidak hanya melakonkan satu jenis pekerjaan. Lazimnya apabila pagi mereka berkebun, sorenya menangkap ikan, dan adakalanya juga selesai berkebun, mereka juga mencari hasil hutan atau beniro mengambil air enau. Penggabungan dua atau lebih jenis pekerjaan ini merupakan kiat atau cara masyarakat Melayu berhubungan dengan alam. Sebab dengan pola itu, mereka bisa melihat hubungan dan saling ketergantungan antara manusia dengan alam, serta hubungan antara flora dan fauna dengan hutan tanah. Konsep ekonomi tapak lapan membuat puak Melayu tradisional jarang jatuh miskin dan kelaparan. Mereka selalu punya cadangan yang memadai dari beberapa jenis pekerjaan. Namun, saat ini, setelah setelah lingkungan hidup berupa tanah ulayat mereka diintervensi dengan kekuasaan yang curang dan pemilik modal yang serakah, mereka terdesak, dan saat inipun kebanyakan dari masyarakat Melayu bersandar dari satu jenis pekerjaan saja. Akibatnya mereka sangat rentan mendapat resiko. Padahal dulu mereka adalah pedagang, petani, dan tukang yang merdeka, yang hanya sekedar menanti peningkatan sumber daya menusia untuk meningkatkan taraf hidupnya. Delapan macam pencaharian ini, juga memperlihatkan betapa Melayu di Riau mempunyai khazanah budaya yang panjang. Budaya masyarakat Melayu tersebut adalah budaya perairan, laut maritim, pesisir, aliran sungai, niaga dagang, dan bandar pelabuhan. Budaya demikian, telah membentuk mentalitas mereka menjadi manusia yang independen, pragmatik, mudah bergerak ke mana-mana mobil bisa bersaing, memperlihatkan kulitas teknis serta punya harga diri yang tinggi. Bidang-bidang Tapak LapanBidang-bidang pekerjaan dalam lingkup tapak lapan adalah berladang, beternak, menangkap ikan, beniro menetek enau, mengambil hasil hutan atau hasil laut, berkebun, bertukang, dan berniaga. Berladang pertanian. Berladang atau bersawah untuk pemenuhan keperluan bahan makanan pokok. Jenis pekerjaan ini dapat saja ditransformasikan dengan bersagu yang masih dikekalkan oleh sebagian orang Melayu misalnya dalam masyarakat rawa atau pesisir. Ada pula jenis pekerjaan menanam ubi atau berkebun jagung atau sayur-sayuran. Berkebun tanaman keras atau tanaman tahunan perkebunan. Jenis pekerjaan ini, mendukung jenis pekerjaan lainnya, seperti berkebun kelapa, berkebun kopi, kebun cengkeh, berkebun merica, berkebun durian, dan lain-lain. Beternak peternakan. Jenis pekerjaan ini dapat ditransformasikan dengan pekerjaan berburu yang sama tujuannya untuk urusan pemenuhan sumber protein daging. Menangkap ikan perikanan. Manakala keperluan protein daging orang Melayu sudah terpenuhi dengan melakukan perburuan di darat, mereka mencari ikan dengan berbagai aneka ragam alat tangkap pekarangan, seperti jaring, sundang, pengilau, jala, sero atau kolobuik, lukah, kelulung, tajur atau jantang, rawai, guntang, kail, kacau tangguk, tengkalak, tempuling atau serampang, langgai, belat, jermal, bubu, kelong, dll. Alat-alat tangkap ikan ini disesuaikan dengan musim kemarau atau banjir atau musim tengkujuh, waktu, atau alat tangkap yang disesuaikan dengan jenis ikan. Beniro menetek enau dan kelapa atau industri pengolahan hasil pertanian agroindustri. Pekerjaan ini dapat juga wujud dari pengolahan hasil meramu dari dalam hutan atau dari dalam kebun. Mengambil atau mengumpulkan hasil hutan atau laut perhutanan, misalnya; berotan, berkayu, berdamar, berkemenyan, bergaharu, dan pelbagai jenis pekerjaan lainnya yang bersumber dari hutan. Dari dalam hutan bisa juga diperoleh sumber protein daging melalui berburu atau di lautan untuk ikan. Bertukang, jenis pekerjaan ini lebih pada aktifitas menjual jasa tenaga, keahlian, atau kemahiran kerja. Sebagian orang Melayu yang sudah mahir atau pandai bertukang profesional dapat menghasilkan pemenuhan hidup keluarga mereka dari pekerjaan itu. Berniaga perdagangan, berniaga cukup khas pada aspek jual belinya’, kadang dilakukan sepekan sekali, seperti yang dinisbatkan dengan istilah pekan untuk menunjukkan rentang waktu tujuh hari. Bidang pekerjaan ini dapat dilakukan di pelabuhan atau pelantar atau pangkalan atau di tepian mandi, manakala orang berlalu lalang di sungai. Bidang berniaga ini adakalanya dilakukan dengan tukar menukar barang barter sesama penduduk. Laman 1 2
Makalahmata kuliah Agama Islam ini mengangkat materi " Peralatan Berkebun dalam Masyarakat Melayu Kepulauan Riau ". Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberi pengetahuan bagi kita mengenai peralatan-peralatan yang digunakan masyarakat melayu khususnya di Kepulauan Riau ini.
Tangguk merupakan alat tradisional penangkap ikan yang biasa digunakan masyarakat Melayu di Riau. Peralatan ini umumnya dibuat dari jalinan bambu, resam, dan rotan. Tangguk biasanya digunakan di tempat tertentu yang berbentuk lubuk atau rawang dengan kedalaman airnya tidak seberapa. Berbeda dengan jala atau jaring, yang bisa dipergunakan di air dalam dan tempat yang sangat luas, tangguk dikhususkan menangkap ikan di air dangkal dan tempat yang tidak seberapa luas. Secara umum, tangguk terbagi dalam dua bentuk dengan ukuran dan fungsi yang berbeda. Pertama disebut dengan tangguk pandak, terbuat dari rotan dengan yang tidak seberapa besar, biasanya bisa dipergunakan oleh satu orang saja. Kedua tangguk tali, terbuat dari benang atom/nilon dengan ketahanan dan ukuran yang disesuaikan dengan si pemakai atau si pembuat. Tangguk tali lebih besar dan ringan jika dibandingkan dengan jenis tangguk lainnya. Ketiga tangguk sedepa, terbuat dari rotan murni tanpa campuran dan bahan-bahan lain, ukuran lebar dan panjangnya 2 dan 3 kali dari ukuran tangguk pandak, dengan dua orang pemakai. Nilai-nilai simbolis yang terkandung di dalam alat ini adalah memberikan kemudahan bagi kita untuk mencari ikan, mulai dari ikan yang kecil hingga besar dapat ditangkap oleh alat ini. Namun dibalik itu, kita tidak boleh memakai sifat dari tangguk ini. Kita harus dapat memilah dan memilih mana yang hak dan mana yang batil, jangan semuanya kita tangkap. Hal ini sering menjadi kiasan ditengah-tengah masyarakat ”kamu ini sudah seperti tangguk buruk”. Makna yang terkandung dalam kiasan tersebut adalah orang tersebut sangat rakus.
MataPelajaran: Budaya Melayu Riau Satuan Pendidikan: SD/MI Kelas/Semester: IV/Ganjil Tahun Pelajaran: 2021/2022. TUJUAN PEMBELAJARAN. Mengetahui ekologi fisik alam Riau; Memahami fungsi ekologi sungai, suak dan rawa-rawa di Riau; Memahami fungsi dan manfaat sungai, suak dan rawa bagi makhluk hidup di Riau; Mampu mendiskusikan ekologi fisik
DF]F ^AEJFE]FP Sajfif puok `fjk Fiifb SZ] yfej taifb hah`arkdfe ekdhft sartf bkmfyfb-Eyf tarutfhfekdhft dasahpftfe mfe dasabftfe sabkejjf dfhk mfpft haeyaiasfkdfe hfdfifb hftf paifofrfeumfyf Haifyu Pkfu. Dahumkfe sbfifwft `asartf sfifh dktf sfhpfkdfe dapfmf Ef`k `asfr dktfHubfhhfm SFZ yfej taifb hah`arkdfe pamghfe bkmup yfdek Fi-qur‛fe mfe sueefb uetud dasaifhftfe uhft mk kek harupfdfe sfifb sftu tujfs mksdusk daighpgd umfyf Haifyu Pkfu mk prgjrfh K^F, SHFE 0 Dgtg Dfhpfr haeyfmfrk `fbwf `feyfd tarmfpft dadurfejfe-dadurfejfe mfifh paeuiksfehfdfifb kek, hfdf mfrk ktu dfhk haejbfrfpdfe drktkd mfe sfrfe yfej dgestrudtkl mfrk pfrf pah`fcf mahk dasahpureffe hfdfifb 00 Ofeufrk 0>6^aeuiks MFL]FP KSK DF]F ^AEJFE]FP........................................................................................................... 6MFL]FP KSK.......................................................................................................................... 0F K ^ aifdfej................................................................................................................... 3.Puhusfe Hfsfifb.............................................................................................................. 3C.]uoufe................................................................................................................................. 3F KK ^AH ^arfiftfe Hftf ^aecfbfrkfe Hfsyfrfdft Haifyu Pkfu......................... =6.]adegigjk ar`uru Haifyu Pkfu........................................................................................ =0.]adegigjk armfjfej Hfsyfrfdft Haifyu Pkfu................................................................ 13.]adegigjk arda`ue Hfsyfrfdft Haifyu Pkfu.................................................................. <=.]adegigjk artfek Hfsyfrfdft Haifyu Pkfu...................................................................... F KKK ^AEQ]Q^ 66.Sfrfe................................................................................................................................... 66MFL]FP ^QS]FDF............................................................................................................ 66 F K^AEMFBQIQFE F. Iftfr aifdfej umfyf haifyu taifb fmf mfe `ardah`fej saofd ifhf bkejjf dkek. Hfsyfrfdft haifyu pfmf uhuheyf hahkikdk hftf paecfbfrkfe eaifyfe mfe patfek/`ardadft Haifyu Pkfu. feyfd tadegigjk hftf paecfbfrkfe samarbfef yfej mkdufsfkfgiab hfsyfrfdft haifyu Pkfu uetud hahaeubk da`utubfe bkmup sabfrk-bfrk. Qetud hah`fetu padaroffe haradf, hfsyfrfdft HaifyuPkfu haejjuefdfe `ar`fjfk parfiftfe samarbfef. Haradf `fbdfe haeckptfdfe fift ktu saemkrktfepf bfrus hah`aikeyf. Hfdfifb kek mksusue uetud hahaeubk tujfs mksdusk hftf paifofrfe umfyf Haifyu Pkfu. . Puhusfe Hfsfifb 6. fjfkhfef haemasdrkpskdfe parfiftfe hftf paecfbfrkfe hfsyfrfdft Haifyu Pkfu 70. Fpf sfof fift-fift yfej mkjuefdfe mfifh `ar`uru Haifyu Pkfu73. Sapartk fpf tadegigjk parmfjfejfe hfsyfrfdft Haifyu Pkfu7=. Fpf sfof fift-fift yfej mkjuefdfe mfifh `arda`ue Haifyu Pkfu71. Fpf luejsk parfiftfe `arifmfej Haifyu Pkfu7 C. ]uoufe mfe Hfelfft ]uoufe mksusueeyf hfdfifb kek uetud hahaeubk hftark mksdusk hftf paifofrfe umfyfHaifyu Pkfu. Oujf sa`fjfk fpraskfsk tarbfmfp dabkmupfe mfe trfmksk Haifyu yfej uekd mfesamarbfef fjfr mfpft mkiastfrkdfe.
Pakaianharian adalah pakaian yang dipakai oleh orang Melayu setiap harinya, baik masa kanak-kanak, remaja, orang setengah baya maupun orang tua. Pakaian harian ini dipakai untuk melaksanakan kegiatan harian, baik untuk bermain, ke ladang, ke laut, di rumah maupun kegiatan dalam kehidupan di masyarakat. Pakaian Harian Masa Kanak-kanak Laki-laki
Ladang. foto g LesungAlat yang diciptakan untuk penumbuk padi dan bahan makanan. Terdapat dua jenis lesung penumbuk padi, yaitu lesung kaki dan lesung tangan. Selain itu, terdapat juga lesung kecil yang dibuat dari batu untuk menumbuk rempah dan bahan makanan lain. Lesung tangan lebih banyak digunakan dibanding dengan lesung kaki, terutama menumbuk padi. Hal ini karena lesung tangan penggunaannya lebih mudah dan dapat dipindah-pindahkan sesuai keperluan. Menumbuk padi kebanyakan dilakukan perempuan secara berkelompok. h. TuaiTuai adalah alat yang dipakai petani untuk memotong tangkai padi. Tuai padi juga dikenal sebagai anai-anai atau ketaman di Pantai Timur. Pada umumnya tuai berbentuk seperti bulan sabit yang dipasang gagang untuk pegangan pada bagian tengah. Alat ini terbuat dari kayu dan diberi mata pisau. Adapula tuai yang terbuat dari kombinasi bahan besi, papan, bambu dan bilah belahan bambu. Gagang tuai berukuran panjang 6 sentimeter, sedangkan bagian badannya kira-kira sepanjang 14 sentimeter, dan panjang mata tuai sekitar 5 kepercayaan, penggunaan tuai dan bukan sabit untuk memotong tangkai padi akan menjaga semangat padi agar tidak lari, sehingga menjamin panen berikutnya akan baik. 2. Peralatan BeternakBeternak merupakan pekerjaan sampingan yang dilakukan setelah melakukan pekerjaan pokok. Selain sebagai kerja sampingan, beternak bagi orang Melayu juga sebagai hiburan dan juga hobi. Dalam beternak, ada istilah paidi atau seseorang yang dianggap subur dan berhasil bila beternak. Berikut beberapa peralatan yang dibuat untuk beternak. a KandangSebagian kandang dibuat berpagar, beratap, yang dipakai untuk mengurung hewan peliharaan. Biasanya dibuat dari kayu atau bambu. b SangkakTempat yang dibuat untuk ayam bertelur, terbuat dari kotak atau bambu yang dipecahkan bagian ujungnya kemudian dijalin. Sangkak diletakkan dengan disandarkan di dinding rumah. 3. Peralatan Menangkap IkanMenangkap ikan adalah pekerjaan pokok bagi sebagian orang, tetapi bagi sebagian lainnya hanya sebagai pekerjaan sampingan atau hobi. Peralatan mencari ikan sangat banyak dan beragam. Setiap daerah memiliki cara dan peralatan khas untuk menangkap ikan. Berikut beberapa peralatan yang dibuat untuk menangkap ikan di sungai dan di laut. a BubuBentuk bubu serupa dengan lukah, bedanya bubu berukuran lebih besar dibanding lukah. Bahan baku pembuatan bubu adalah bilah buluh atau bambu, rotan, akar atau benang rami batang. Rotan atau benang rami berfungsi untuk menjalin bilah bambu. Setelah bilah bambu dijalin, dipasangkan pada rangka yang terbuat dari rotan. b JalaJala dibuat dari rajutan nilon. Rajutan tersebut makin ke atas makin kecil dan makin membesar di bagian bawah. Di bagian bawah biasanya diikatkan timah berbentuk cincin berangkai atau berantai sebagai pemberat. Pada umumnya jala dibuat sendiri oleh nelayan. Jala digunakan dengan cara ditebarkan di perairan. Jika ikan sudah terperangkap, jala kemudian ditarik. Menjala dapat dilakukan di laut, sungai, atau danau. Untuk mendapatkan hasil yang banyak, nelayan biasanya menggunakan sampan, sehingga dapat bergerak leluasa mencari tempat yang banyak terdapat ikan. 4. Peralatan Beniro dan Memanfaatkan Hasil PekaranganMemanfaatkan hasil pekarangan atau beniro adalah pekerjaan sampingan dalam kehidupan orang Melayu Riau. Pekerjaan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang atau dilakukan dengan tujuan tertentu. Misalnya, beniro atau mengumpulkan air nira dilakukan untuk membuat gula merah menjelang hari-hari besar atau bulan puasa. Gula yang dibuat digunakan untuk membuat makanan khas saat puasa dan hari raya. Berikut beberapa peralatan yang dibuat untuk dalam memanfaatkan hasil pekarangan. a GobekGobek merupakan alat untuk melumatkan atau menumbuk ramuan obat-obatan, seperti ramuan sirih, pinang, kapur, dan gambir. Alat ini berbentuk tabung dan terbuat dari kuningan, buluh, kayu, besi, tembaga, perak atau emas. Gobek biasanya digunakan oleh orang tua yang sudah kekurangan atau tidak bergigi. Panjang gobek lebih kurang 5,5 cm dan bergaris pusat 2,5 cm. Anak gobek mempunyai mata seperti mata pahat. Batangnya berbentuk bulat dan terbuat dari besi. Perlengkapan lain berupa sebuah batang bulat yang hampir sama panjang dengan anak gobek, yang digunakan untuk mengeluarkan ramuan sirih yang telah lumat ditumbuk, dengan cara menghentakkannya dari tapak gobek. Tapak gobek biasanya terbuat dari kayu keras seukuran lubang gobek. b KacipKacip merupakan peralatan yang digunakan untuk membelah dan mengiris-iris buah pinang agar berbentuk serpihan-serpihan tipis sehingga mudah dimakan. Mata kacipbagian atas tajam seperti pisau dan bagian di bawah tebal sebagai landasan. Kepala kacip beragam bentuk seperti burung, ular, naga, rusa, dan kuda. Bagian badan berbentuk pipih seperti mata pisau, lebih kurang 2,5 cm atau 5 cm lebar. Tangkainya bulat agar mudah dipegang. Secara keseluruhan kacip terdiri dari kepala, badan, dan hulu. Dengan demikian, kacip digunakan seperti gunting untuk membelah atau mengiris. Bahan kacip terbuat dari besi, tembaga, perak atau emas. Badan asal dibentuk dengan besi dan dibalut perak atau emas untuk memberi kesan keistimewahan. 5. Peralatan Mengambil Hasil HutanPekerjaan mengambil hasil hutan juga termasuk ke dalam pekerjaan sampingan. Biasanya dilakukan di waktu senggang. Pekerjaan ini biasanya sejalan dengan bekerja di ladang. Berikut beberapa peralatan yang dibuat untuk mengambil hasil hutan. a BadikBadik berbentuk serupa pisau pendek dengan mata melengkung seperti mata pedang. Badik terbuat dari besi pilihan. Hulu dibuat berukir dan sarung dihias dengan indah. Biasanya badik selalu dibawa-bawa oleh orang-orang tua. Senjata ini memiliki banyak kegunaan, misalnya untuk menyembelih hewan unggas, untuk senjata bela diri, dan untuk memotong semak-semak kecil ketika berjalan dihutan, dan untuk mengambil rotan. Laman 1 2 3
VeHw. y3viu0twxd.pages.dev/233y3viu0twxd.pages.dev/274y3viu0twxd.pages.dev/270y3viu0twxd.pages.dev/218y3viu0twxd.pages.dev/240y3viu0twxd.pages.dev/173y3viu0twxd.pages.dev/133y3viu0twxd.pages.dev/35y3viu0twxd.pages.dev/372
peralatan mata pencaharian masyarakat melayu riau